Kamis, 01 Juli 2021

 TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari Jurusan Seni Tari diajukan Oleh : Sri Maryati Andayani NIM. 16134201 Kepada FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2018 ii Skripsi TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI dipersiapkan dan disusun oleh Sri Maryati Andayani NIM. 16134201 Telah disetujui Untuk diujikan di hadapan tim penguji Surakarta, Pembimbing Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum NIP. 19680102 199502 1 001 iii Skripsi TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI dipersiapkan dan disusun oleh Sri Maryati Andayani NIM. 16134201 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Januari 2018 Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji, Dr. Aton Rustandi Mulyana, S.Sn., M.Sn NIP. 19710630 199802 1 001 Penguji Utama, Tubagus Mulyadi, S.Kar., M.Hum NIP. 19590920 198610 1 001 Pembimbing Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum NIP. 19680102 199502 1 001 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mencapai derajat sarjana S1 pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Surakarta, 18 Januari 2018 Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn NIP. 196509141990111001 iv v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Garap Gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi” ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta. Kemudian atas bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi, penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dr. Guntur, M.Hum., selaku Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 2. Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 3. Bapak Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Warsono dan Bapak Sholikin selaku narasumber dari komunitas Tari Penthul Melikan. 5. Bapak Sulistiyana, selaku pegawai dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi yang telah kooperatif membantu memberikan data yang dibutuhkan untuk penelitian. vi 6. Ibu Yuni Mukti, S.Sn, selaku pegawai dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi yang telah kooperatif membantu memberikan data yang dibutuhkan untuk penelitian. 7. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta yang telah memberikan ilmu yang berguna selama perkuliahan. 8. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu yang juga telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta pihak yang memerlukannya. Ngawi, Desember 2017 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii PENGESAHAN....................................................................................... iii PERNYATAAN ....................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR................................................................................ x ABSTRAK................................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 5 C. Tujuan ............................................................................... 5 D. Manfaat ............................................................................. 6 E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 6 F. Landasan Teori ................................................................ 11 G. Metode Penelitian ........................................................... 14 H. Sistematika Penulisan ..................................................... 21 BAB II BENTUK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI ........................................................... 23 viii A. Gerak Tari ......................................................................... 24 B. Penari ............................................................................... 32 C. Tata Rias dan Busana ...................................................... 32 D. Properti ............................................................................. 34 E. Musik Tari ........................................................................ 35 F. Tempat dan Waktu Pertunjukan................................... 36 BAB III GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI ........................................... 38 A. Materi garap ..................................................................... 39 B. Penggarap ......................................................................... 58 C. Sarana Garap .................................................................... 60 D. Prabot atau piranti garap ............................................... 62 E. Penentu garap .................................................................. 63 F. Pertimbangan garap........................................................ 64 BAB IV PENUTUP ................................................................................. 66 A. Kesimpulan ...................................................................... 66 B. Saran .................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69 LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Tabel 1. Urutan Gerak Tari Penthul Melikan ............................................. 40 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gerak Gandengan Tangan ............................................ 25 Gambar 2. Gerak OO AA ................................................................. 26 Gambar 3. Gerak Maju Bung ........................................................... 27 Gambar 4. Gerak Selalu ..................................................................... 28 Gambar 5. Gerak Insyaflah................................................................ 29 Gambar 6. Gerak Sudah Jadi ............................................................. 30 Gambar 7. Gerak Aku Suka .............................................................. 31 Gambar 8. Penari Tari Penthul Melikan .......................................... 32 Gambar 9. Busana Tari Penthul Melikan ........................................ 33 Gambar 10. Topeng Tari Penthul Melikan ........................................ 35 Gambar 11. Musik Tari Penthul Melikan .......................................... 36 Gambar 12. Busana Tari Penthul Melikan ........................................ 56 Gambar 13. Musik Tari Penthul Melikan .......................................... 57 xi TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Sri Maryati Andayani dan RM Pramutomo Prodi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Email: srimarya.a@gmail.com dan rmpram@yahoo.com.sg ABSTRAK Tari Penthul Melikan merupakan kesenian tradisional kerakyatan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Tari Penthul Melikan diciptakan oleh Bapak Munajah pada tahun 1952 di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Tarian ini diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah selesai membangun sekolah di Dusun Melikan pada saat itu. Penelitian ini menggunakan landasan teori bentuk oleh Susanne K. Langer. Sedangkan teori garap oleh Rahayu Supanggah meliputi materi garap, penggarap, sarana garap, prabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk dan garap tari Penthul Melikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hsil penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan bentuk dan garap tari Penthul Melikan. Bentuk tari Penthul Melikan tidak terlepas dari elemen-elemen pembentuknya yang saling berkaitan seperti gerak tari, penari, tata busana, properti. Sementara itu garap tari meliputi materi garap, penggarap, sarana garap, prabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap. Kata kunci : tari Penthul Melikan, bentuk, garap gerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Penelitian ini membahas salah satu warisan budaya di Kabupaten Ngawi yaitu Tari Penthul Melikan. Hal ini dikarenakan jenis tari ini masih kurang populer dibandingkan Tari Orek-Orek yang telah dilakukan Festival se-Kabupaten Ngawi dengan jumlah peserta yang mencapai ratusan siswa. Tari Penthul Melikan diciptakan oleh Munajah pada tahun 1952 di Dusun Melikan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Tarian ini diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah selesai membangun sekolah di Dusun Melikan pada saat itu. Tari ini ditampilkan pertama kali sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan. Tarian ini digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran. Sedangkan gerakannya melambangkan penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaian. (www.ngawitourism.com, diunduh tanggal 3 Juni 2017). Pementasan Tari Penthul Melikan ini biasanya dilakukan untuk memperingati Hari Besar Nasional dan Hari Besar Islam oleh penduduk setempat. Tari Penthul Melikan juga terpengaruh gaya Reog Ponorogo. 1 2 Hal ini ditandai dengan adanya tingkat kesamaan pada kostum Tari Penthul Melikan yaitu pakaian hitam-hitam dan celana panjang tiga perempat. Tari Penthul Melikan termasuk tari yang ditujukan untuk menyebarkan agama Islam, seperti halnya di Aceh ada Tari Saman, di Purworejo ada Tari Dolalak. Penciptaan Tari Penthul Melikan sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu yang serba mistik, mempunyai keyakinan dan kepercayaan tentang kemampuan indera keenam yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan masa lampau. Pada waktu itu masyarakat sekitar masih kuat akan animisme dan dinamismenya, walaupun sudah ada sebagian yang beragama Islam. Jadi, materi Tari Penthul Melikan diciptakan dengan perpaduan antara pengaruh Hindu Kuno pada zaman kerajaan Kediri dan gamelan Jawa yang sedikit mirip dengan Laras Madyo yang pada dasarnya merupakan Kesenian Jawa yang Islami. (http://penthulmelikan.blogspot.co.id, diunduh tanggal 03 Juni 2017) Tari Penthul Melikan merupakan tari yang menggunakan topeng setengah jadi yang terbuat dari kayu. Mengapa dikatakan setengah jadi? dikarenakan topeng tersebut permukaannya masih dalam tahap penggarapan secara kasar tidak seperti topeng-topeng pada umumnya. Hal ini yang menjadi ciri khas topeng Penthul Melikan. Penggunaan sarana topeng pada Tari Penthul Melikan menyimbolkan bahwa karakter 3 atau watak setiap orang berbeda-beda tetapi tetap bersatu dalam kerja. Musik gamelan yang mengiringi tari ini sedikit mendapat pengaruh Reog Ponorogo. Pengaruh tersebut adalah nada-nada gamelan pada Tari Penthul Melikan mempunyai kemiripan dengan alunan nada pertunjukan Reog Ponorogo. Kemiripan tersebut tidak terlepas dari dekatnya letak geografis antara Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Ponorogo. Tari Penthul Melikan diiringi gending Jawa. Gerakan tari dimaksudkan sebagai lambang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengajak manusia untuk hidup bersatu demi terwujudnya suasana aman dan damai. (Warsono Wawancara, 9 September 2017). Seperti gerakan tari dengan tangan yang mengacungkan telunjuk ke atas, dua tangan menengadah ke depan, tangan mengacungkan jari telunjuk di atas kepala dengan gerakan melingkar, tangan dirangkai, dan sebagainya dengan membentuk formasi setengah lingkaran. Tari Penthul Melikan ini ditarikan oleh laki-laki. Kesenian daerah memang harus dijaga agar terus lestari untuk memberi khasanah budaya di negeri ini. Walaupun keberadaannya pernah hilang, Tari Penthul Melikan beberapa tahun belakangan telah muncul kembali. Bertempat di Dusun Melikan, juga terdapat komunitas yang bernama Komunitas Melikan yang mempelajari tari Penthul Melikan. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan sebagai kegiatan pelestarian kesenian Ngawi yang beranggotakan pemuda dan bapak- 4 bapak Dusun Melikan. Pada saat tanggal 17 Agustus tahun 2015, komunitas beserta warga Dusun Melikan mengadakan upacara dengan menggunakan topeng sebagai ciri khas tari Penthul Melikan dengan tidak mengurangi rasa hormat dan khidmatnya upacara tujuh belasan. (http://penthulmelikan.blogspot.co.id, diunduh tanggal 3 Juni 2017). Hasil pengumpulan data awal, menunjukkan bahwa gerak yang ada pada Tari Penthul Melikan terdiri dari 7 gerakan. Tari ini biasanya hanya ditarikan oleh sekolah Madrasah, sehingga tari ini tidak popular di Kabupaten Ngawi (Warsono Wawancara, 9 September 2017). Alasan mengapa penulis tertarik dengan Tari Penthul Melikan karena ingin mengetahui lebih dalam tentang garap gerak Tari Penthul Melikan yang mempunyai potensi untuk menjadi salah satu tari unggulan yang tidak hanya ditampilkan pada kegiatan para santri namun juga dapat dinikmati khalayak umum di Kabupaten Ngawi. Tari Penthul Melikan sebagai warisan budaya perlu dilestarikan. Untuk itu garap gerak Tari Penthul Melikan perlu ditelaah sebagai penelitian agar lebih dikenal masyarakat di Kabupaten Ngawi sejajar dengan Tari Orek-Orek yang sudah lebih dahulu dipopulerkan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui ada salah satu jenis tari tradisional di Kabupaten Ngawi yang perlu dilestarikan keberadaannya. Bangkitnya seni tari dengan adanya sanggar tari serta mulai digelar pertunjukan tari perlu ditindaklanjuti agar warisan budaya 5 ini dapat terus dinikmati generasi selanjutnya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian melalui pengumpulan data secara langsung dari lapangan tentang Tari Penthul Melikan. Sejarah terciptanya tari ini menunjukkan adanya budaya yang menarik untuk diteliti secara detail tentang gerakan serta makna yang terkandung didalamnya, kostum yang digunakan serta detail lain tentang tari Penthul Melikan. Hal ini juga menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Garap Gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi”. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga bagi pelestarian seni tari Kabupaten Ngawi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? C. Tujuan Pelaksanaan penelitian yang berjudul “Tinjauan Garap Gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron 6 Kabupaten Ngawi” ini dilakukan dengan tujuan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari Jurusan Seni Tari. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan bentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. b. Untuk mendeskripsikan secara analitis garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan berharga bagi Ilmu Seni Tari melalui penerapan secara langsung analisis garap gerak Tari Penthul Melikan. 2. Turut melestarikan budaya seni tari Kabupaten Ngawi agar dapat dinikmati generasi penerus. E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini membahas garap gerak pada Tari Penthul Melikan. Untuk itu perlu dikemukakan teori tentang unsur gerak dalam tari. 7 Menurut Rusliana (2012: 46), gerak tari akan dapat dimengerti secara visual dengan memperhatikan bentuk dan desain geraknya. Desain gerak merupakan pola rangkaian dari elemen gerak yang estetis, dimana rangkaiannya merupakan rangkaian terpendek. Desain gerak yang disampaikan oleh Rusliana (2012: 47-48) ada 4 (empat) desain gerak, diantaranya adalah : 1. Desain gerak berdasarkan organ tubuh, diantaranya: Sikap tari, yaitu penampilan yang tidak bergerak. Pengertian ini serupa dengan pengertian menurut Anis Sujana (2007: 266) bahwa sikap dalam konteks tari adalah pose atau posisi tubuh dalam keadaan diam. Gerak, yaitu bagian tubuh yang melakukan gerak, bagian tubuh tersebut misalnya tangan atau kaki saja. Dapat juga harmonisasi dari beberapa bagian tubuh, seperti harmonisasi tangan dan kepala, tangan dan kaki. Sebagai contoh adalah gerak sembah, pada gerak ini sikap tarinya terdapat pada tangan dan geraknya terdapat pada kepala. 2. Desain gerak berdasarkan level penampilan tubuh. Level yang dimaksud adalah tinggi rendahnya penampilan tubuh dan yang termasuk level, diantaranya: a. Level rendah: posisi seluruh badan menyentuh lantai, duduk, posisi lutut menyentuh lantai. b. Level menengah: posisi berdiri rapat kaki, badan agak membungkuk atau lutut ditekuk. c. Level tinggi: posisi seluruh badan berdiri dengan kaki jinjit, loncat. 3. Desain gerak berdasarkan volume, berhubungan dengan gerak. Pengertian volume, yaitu ukuran besar kecilnya gerakan, diantaranya: a. Volume kecil, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling kecil atau sempit. b. Volume menengah, yaitu ruang atau jangkauan geraknya diantara sempit dan luas atau menengah. c. Volume besar, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling besar atau luas. 4. Desain gerak berdasarkan kualitas gerak. Kualitas gerak yang dimaksud, yaitu jelas tidaknya akhir dari penggunaan tenaga saat melakukan gerakan, diantaranya: 8 a. Gerak patah-patah, merupakan gerak yang peralihannya memiliki jeda yang tegas dan jelas. b. Gerak mengalun, merupakan gerak yang dilakukan secara berkelanjutan (Rusliana, 2012: 47-48). Bahan baku tari adalah gerak, Pengertian gerak tari bukanlah gerak seperti yang kita lakukan sehari-hari, akan tetapi mengandung arti yaitu gerak yang telah mengalami perubahan dari bentuk semula. Gerak tari adalah sebuah proses perpindahan satu sikap tubuh satu ke sikap tubuh lainnya. Adanya proses tersebut, maka gerak dapat dipahami sebagai kenyataan visual (Hidajat, 2005: 72). Gerak dalam tari merupakan gerakan-gerakan tubuh manusia yang telah diolah dan digarap dari wantah menjadi suatu gerak tertentu (Supardjan, 1983: 30). Secara garis besar gerak tari dibedakan menjadi dua yaitu gerak murni yang digarap untuk menggambarkan segi artistiknya saja tanpa maksud tertentu. Adapun gerak maknawi yaitu gerak yang telah distilir dan digarap dengan maksud tertentu atau mengandung arti. Jadi, dalam kesenian tradisional, gerak tari yang digunakan biasanya bersifat sederhana dan tidak ada aturan-aturan khusus yang mengikat. Hal ini dikarenakan para pendukung kesenian tradisional pada umumnya tidak terlalu mementingkan keindahan gerak karena masyarakat lebih mementingkan tujuan dari gerak tari yang diciptakannya dan untuk memenuhi kepuasan batin pada diri penarinya. 9 Guna memperkuat penjelasan di atas, maka perlu dikemukakan hasil penelitian terdahulu tentang garap gerak dalam sebuah tari. Penelitian oleh Supriyanto (2012) tentang Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged Mataram. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep Jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau. Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta. Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut Jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan 10 teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh. Penelitian Martiara dan Wijaya (2012) tentang Tari Gandrung Terob sebagai Identitas Kultural Masyarakat Osing Banyuwangi. Gandrung Terob merupakan objek yang dikaji guna mengupas pola pikir masyarakat Osing Banyuwangi. Sudut pandang yang dipakai adalah Strukturalisme Levi-Strauss. Struktur merupakan susunan bagian-bagian dari suatu sistem yang saling terkait. Segala sesuatu yang memiliki bentuk diyakini memiliki struktur. Struktur kalimat dalam bahasa yang terdiri atas susunan huruf, fonem, dan kata, tidak akan memiliki arti apabila tidak terdapat relasi-relasi yang menghubungkannya untuk mendapatkan struktur yang bermakna. Keberadaan tari Gandrung Terob dilihat secara menyeluruh, tidak saja sebatas teks dan keterkaitan antar teks saja, melainkan pada konteks sosial budaya masyarakatnya. Melalui cara pandang holistik ini akan ditemukan pola pikir masyarakat Osing sebagai pemilik tari Gandrung Terob. Hal yang paling mendasar dalam melihat pola pikir adalah melihat konsep, sehingga Gandrung Terob tidak hanya dilihat sebagai artefak semata melainkan sebagai pandangan hidup atau ideologi masyarakat Osing sebagai penyangganya. Penelitian oleh Anisa Dita Rahmawati (2014) tentang Analisis Struktur Gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah. Tari Lenggasor merupakan tari kerakyatan yang berasal dari Kabupaten 11 Purbalingga. Dalam hal gerak, tari Lenggasor memiliki suatu bentuk dari keseluruhan bagian yang tiap-tiap bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Selain itu tari Lenggasor ini juga mempunyai struktur yang mengatur tata hubungan antara karakteristik gerak satu dengan karakteristik gerak yang lain baik secara garis besar maupun secara terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis struktur gerak tari Lenggasor (Anisa Dita Rahmawati, 2014). F. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan beberapa konsep atau teori untuk memberi landasan dalam pembahasan atas permasalahan terkait dengan bentuk dan garap tari. Pengungkapan masalah yang dibahas pada penelitian ini diperlukan landasan teori yang tepat. Landasan teori dimaksudkan untuk mencari data dan membangun sebuah kerangka teori dan konsep sebagai pijakan dalam membedah dan menganalisis obyek penelitian yang dikaji. Dalam memahami bentuk tari secara keseluruhan, tidak hanya berhenti pada gerak dan musiknya, tetap didukung pula oleh pembentuk unsur-unsur tari lainnya. Bentuk sajian Tari Penthul Melikan tidak lepas dari unsur yang membentuknya yaitu gerak, tata rias dan busana, musik dan tempat pentas. Keseluruhan unsur tersebut merupakan satu kesatuan, seperti penjelasan Langer yang menjelaskan bahwa : 12 Bentuk dalam pengertian yang paling absrtak berarti struktur, artikulasi, sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan dari peberbagi faktor yang saling bergayutan (Langer, 1988: 15) Pendapat di atas jelas menyebutkan bentuk yang dimaksud lebih kepada hubungan antara unsur satu dengan lainnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk pertunjukan mempunyai maksud bahwa antar unsur gerak, musik, tata rias dan busana suatu tempat pentas terangkai menjadi satu kesatuan. Teori yang kedua adalah teori yang sesuai dan mendukung pembahasan mengenai garap. Teori yang digunakan untuk mengupas garap Tari Penthul Melikan mengacu pada teori yang dikemukakan Supanggah. Supanggah dalam bukunya yang berjudul “Bothekan Karawitan”, menyatakan bahwa : Garap merupakan suatu “sistem” atau rangkaian kegiatan dari seseorang dan/atau berbagai pihak, terdiri dari beberapa tahapan atau kegiatan yang berbeda, masing-masing bagian atau tahapan memiliki dunia dan cara kerjanya sendiri yang mandiri, dengan peran masingmasing mereka bekerja sama dan bekerja bersama dalam satu kesatuan, untuk menghasilkan sesuatu, sesuai dengan maksud, tujuan atau hasil yang ingin dicapai. (Supanggah, 2007: 3). Lebih lanjut Supanggah (2007: 4) mengungkapkan ada beberapa unsur garap yang terdiri dari materi garap, penggarap, sarana garap, perabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap. Unsur-unsur yang akan digunakan untuk menganalisis garap gerak Tari 13 Penthul Melikan menggunakan acuan teori yang diungkapkan Rahayu Supanggah tersebut. Materi garap merupakan bahan dasar atau bahan pokok yang akan digarap seseorang atau sekelompok orang (Supanggah, 2007: 9). Gerak sebagai medium pokok dalam pertunjukan tari dan digunakan untuk mengungkapkan ide dan rasa keindahan. Sementara itu penggarap menurut Supanggah (2007: 149) adalah seniman, para pengrawit, baik pengrawit penabuh gamelan maupun vokalis, yaitu pesindhen dan atau penggerong, yang sekarang disebut sebagai swarawati dan wiraswara. Unsur garap selanjutnya adalah sarana garap. Membahas tentang sarana garap Supanggah (2007: 189) menjelaskan bahwa : Sarana garap adalah alat (fisik) yang digunakan oleh para pengrawit, termasuk vokalis sebagai media untuk menyampaikan gagasan, ide musikal atau mengekspresikan diri dan / atau perasaan dan/atau pesan mereka secara musikal kepada audience (bisa juga tanpa audience) atau kepada siapapun termasuk kepada diri atau lingkungan sendiri. Supanggah menjelaskan yang dimaksud dengan piranti atau prabot garap ialah : Prabot garap atau tool adalah perangkat lunak atau sesuatu yang aslinya imajiner yang ada dalam benak seniman, pengrawit, baik itu berwujud gagasan / ide sebenarnya sudah ada vocabuler garap yang berbentuk tradisi / kebiasan pengrawit yang sudah ada sejak kurun waktu ratusan tahun atau dalam kurun waktu yang tidak bisa mengatakannya secara pasti (Supanggah, 2007: 199). Selanjutnya dikemukakan unsur garap yaitu pertimbangan garap. Supanggah (2007: 289) menjelaskan bahwa pertimbangan garap bersifat 14 accidental dan fakultatif di mana di dalamnya terdiri dari faktor internal, eksternal dan tujuan. Internal yaitu kondisi fisik dan/atau kejiwaan pengrawit pada saat melakukan garap, menabuh ricikan gamelan atau melantunkan tembang. Eksternal merupakan tanggapan dari penonton, tanggapan dari teman-teman seniman, tanggapan dari panitia ataupun dari masyarakat umum lainnya (Supanggah, 2007: 289). G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini meneliti garap gerak Tari Pentul Melikan. Untuk itu berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu “suatu bentuk penelitian yang model analisisnya tidak menggunakan analisis statistik atau non statistic” (Purwito, 2011: 8). Berdasarkan asal data diperoleh penelitian ini termasuk dalam riset lapangan (field research), yaitu “bentuk penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan atau di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu” (Purwito, 2011: 9). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dusun Melikan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September–Oktober 2017. 15 3. Jenis Data Penelitian ini akan membahas garap gerak Tari Pentul Melikan. Untuk membahas permasalahan tersebut perlu ditentukan jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini agar dapat dihasilkan penelitian yang akurat. Jenis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data primer Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu narasumber pada kegiatan wawancara. b. Data sekunder Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan data pendukung penelitian. Data sekunder ini berupa data tentang tari penthul Melikan yang diperoleh dari arsip, selain itu data sekunder ini juga berupa tentang teori yang mendukung penelitian yang berasal dari buku, jurnal penelitian terdahulu, maupun internet. 4. Sumber Data Jenis data yang dikemukakan sebelumnya perlu diperoleh dari sumber data yang tepat. Membahas tentang sumber data, Purwito (2011: 53) menjelaskan bahwa : Sumber data pada prinsipnya adalah asal data yang diperoleh dalam suatu penelitian. Secara garis besar, berdasarkan sifatnya maka sumber data atau sumber informasi dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber pertama atau 16 sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data kedua dan seterusnya yang juga dipakai dalam sebuah penelitian untuk mendukung sumber data primer dalam upaya mengungkap permasalahan penelitian (Purwito, 2011: 53). Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer berupa responden yang menjawab pertanyaan dalam wawancara, serta sumber data sekunder berupa buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu. 5. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2010: 305) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dengan demikian kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai penyampai instrumen. Artinya dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang melakukan penafsiran makna dan menemukan nilai-nilai tersebut. Peneliti juga merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelaporan hasil penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : a. Observasi Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat secara langsung Tari Pentul Melikan guna mengamati gerakan, jumlah penari, properti yang digunakan, musik yang 17 mengiringi, alat musik yang digunakan dalam pertunjukan dan lain-lain. Pada saat melakukan observasi peneliti merekam kegiatan pada pementasan Tari Pentul Melikan. Rekaman yang dihasilkan diteliti dan dianalisis serta dikonsultasikan dengan narasumber yang berkompeten dalam memberikan data yang detail dan valid melalui kegiatan wawancara. b. Wawancara Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014: 318). Langkah yang dilakukan dalam wawancara ini adalah, peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber yang dianggap peneliti memiliki data yang dibutuhkan untuk penelitian. Setelah daftar pertanyaan selesai dibuat, maka peneliti akan melakukan wawancara yang ditujukan kepada narasumber. Narasumber yang akan dimintai keterangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Sulistiyana, dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi guna mengetahui garap gerak Tari Pentul Melikan. 18 2) Suwandi, selaku penyusun gendhing pengiring Tari Penthul Melikan guna mendapatkan informasi dalam penentu garap gendhing. 3) Warsono, selaku ketua komunitas Tari Penthul Melikan guna mendapatkan informasi terkait dengan Tari Penthul Melikan. 4) Sholikin, selaku anggota komunitas Tari Penthul Melikan guna mendapatkan informasi tentang gerak dan musik pengiring Tari Penthul Melikan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. 6. Teknik Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (2007: 19) yang menjelaskan bahwa 19 “secara operasional analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga langkah sistematis secara jalin menjalin, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan”. Adapun penjelasan tentang tiga langkah tersebut adalah sebagai berikut : a. Reduksi data Reduksi data dilakukan dengan penyeleksian informan, pencatatan/perekaman informasi data ke dalam pola yang telah ditetapkan, pemilihan terhadap dokumen yang diperlukan, serta pengembangan proposisi-proposisi. Dalam reduksi data ini dilakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan konversi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan dengan memilah data berupa foto dan hasil wawancara dan disederhanakan sesuai kebutuhan penelitian. Foto dan keterangan dari narasumber tentang gerak Tari Penthul Melikan dan tari yang dihasilkan dari garap dipilah sesuai dengan pembahasan yang dilakukan. b. Penyajian data Penyajian data dilakukan dengan cara deskriptif, yaitu merangkai dan menyusun informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan atau penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif, 20 dan mudah dipahami. Penyajian data menggunakan teks naratif yang dilengkapi dengan jaringan kerja yang berkaitan sehingga semua informasi yang disusun mudah dilihat dan dimengerti. Data foto dan wawancara tentang Tari Penthul Melikan disajikan serta diberi narasi sesuai dengan masing-masing foto yang ditampilkan. Narasi tersebut menjelaskan tentang data yang disajikan sehingga mudah dipahami pembaca. c. Penarikan simpulan Penarikan simpulan yaitu suatu kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan-catatan lapangan dengan maksud untuk menguji kebenaran dan validitas makna yang muncul di lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan yang kuat, simpulan dapat disusun lebih rinci dan utuh (Miles dan Huberman, 2007: 20-21). Penarikan simpulan ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang diteliti. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pembahasan tentang bentuk dan garap Tari Penthul Melikan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka analisis data selanjutnya akan disajikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang secara sistematis dilakukan dalam bentuk narasi, uraian dengan suatu argumentasi. Data kuantitatif yang diperlukan sebagai tambahan untuk memperjelas dan mempermudah dalam pemahaman hasil 21 penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis dan bentuk data, baik yang dituangkan dalam bentuk tabel maupun dengan bentuk narasi lainnya. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I: Merupakan pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematikan penulisan. BAB II: Menjelaskan tentang nentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, berisi tentang gerak tari, penari, tata rias, property, musik tari, tempat dan waktu pertunjukan. BAB III: Mengungkapkan garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Pada bab ini dibahas tentang materi garap, penggarap, sarana garap, perabot atau piranti garap, penentu garap dan perkembangan garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.

BAB IV: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II BENTUK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Tari Penthul Melikan merupakan kesenian tradisional kerakyatan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Soedarsono (1978: 20–21) menjelaskan bahwa kesenian tradisional kerakyatan adalah bentuk kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat biasa atau disebut dengan kesenian rakyat. Tari-tarian tradisonal kerakyatan pada umumnya sangat sederhana dan kurang begitu mengindahkan norma-norma keindahan dan bentuk-bentuk yang berstandar. Tidak seperti tari klasik yang ada di keraton. Gerakan tarinya sangat sederhana dan lebih mementingkan keyakinan yang terletak di balik tarian tersebut. Bentuk pada dasarnya berhubungan erat dengan aspek visual. Bentuk aspek visual ini terjadi hubungan timbal balik antara aspek-aspek yang terlihat di dalamnya. Unsur yang berkaitan sebagai pendukung bentuk menjadi kesatuan meliputi gerak, tata rias dan busana, properti, musik dan pendukung lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Langer (1988: 15) bahwa bentuk itu sebagai suatu cara untuk dimana keseluruhan aspek bisa dirakit. Bentuk penyajian tari adalah wujud keseluruhan dari 23 24 suatu pertunjukan yang di dalamnya terdapat aspek-aspek atau elemenelemen pokok yang diteliti diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis yang tinggi. Elemen-elemen tersebut mempunyai fungsi yang saling mendukung dalam sebuah pertunjukan tari. Elemen Tari Penthul Melikan yang dibahas pada penelitian ini meliputi gerak tari, penari, tata rias, tata busana, musik tari serta tempat pertujukan. A. Gerak Tari Gerak merupakan media pokok dalam sajian pertunjukan tari (Langer, 1988: 16). Melalui gerak, penari dapat mengungkapkan ekspresi perjalanan jiwanya secara utuh sehingga maksud yang ingin disampaikan melalui gerak itu dapat dilihat jelas dan dinikmati oleh penonton. Gerak pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti, sedangkan gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk yang artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu (Soedarsono, 1978: 22–23). Gerak dalam Tari Penthul Melikan merupakan gerak tari maknawi dan gerak non representatif karena hanya berupa simbolik yang memiliki arti. Hasil pengumpulan data diketahui bentuk Tari Penthul Melikan terdapat tujuh gerakan. Masing-masing gerakan memiliki makna yang ada di dalamnya, adapun bentuk gerak Tari Penthul Melikan adalah : 25 1. Gerakan pertama disebut gerak Gandengan Tangan. Bentuk gerakan pertama ini adalah gerakan rangkaian tangan dimana tangan penari saling dikaitkan tangan kiri penari dikaitkan dengan tangan kanan penari disebelahnya kemudian tangan mereka berada di pinggang dan posisi kaki agak terbuka. Kemudian lutut para penari tersebut ditekuk sehingga penari bergerak ke atas ke bawah. Arti dari gerakan ini adalah dalam kehidupan sehari-hari manusia harus senantiasa bergotong royong saling membantu satu sama lain. Hal ini merupakan ajaran untuk kita bahwa meskipun berbeda-beda tetapi tetap harus saling tolong menolong dan salin menjaga kebersamaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Gerak Gandengan Tangan (Foto : Sholikin, 2016) 26 2. Gerakan kedua disebut gerak OO AA Gerakan kedua yaitu jari mengembang ke hidung. Bentuk gerakan tersebut adalah jari tangan terbuka kemudian jari tangan kiri menyentuh hidung pada bagian jari jempol kemudian jari tangan kanan berada di depan jari tangan kiri. Jari jempol tangan kanan menyentuh jari kelingking tangan kiri. Dalam melakukan gerakan ini sama dengan gerakan pada bagian pertama tadi yaitu lutut ditekuk kemudian penari bergerak ke atas ke bawah. Dalam gerakan ini para penari sambil mengatakan “OO AA” hal tersebut Obah Allah. Maksud dari hal tersebut adalah Obah dalam bahasa Jawa berarti bergerak jadi artinya adalah setiap perbuatan manusia atau tingkah laku manusia, kegiatan manusia harus tetap sesuai dengan ajaran agama islam, sesuai dengan ajaran dari Allah. Gambar 2. Gerak OO AA (Foto : Sholikin, 2016) 27 3. Gerakan ketiga disebut gerak Maju Bung Gerakan ketiga adalah gerak tangan yang menengadah ke atas, bentuk dari gerakan ini adalah tangan lurus ke depan berbentuk sikusiku dan kedua telapak tangan menengadah ke atas. Kemudian diikuti dengan gerakan kaki kiri maju kemudian kembali lagi digantikan kaki kanan yang maju. Pada gerakan ini para penari mengucapkan kata “ Maju bung”, kata ini berarti ajakan untuk semua agar tetap bersemangat untuk maju, maju dalam hal kehidupan sehari-hari misalnya saja dalam bekerja, ataupun mencari ilmu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Gerak Maju Bung (Foto : Sholikin, 2016) 28 4. Gerakan keempat disebut gerak Selalu Gerakan keempat adalah gerak tangan siku-siku kemudian serong ke kiri. Bentuk gerakan ini hampir sama dengan gerakan ketiga yaitu tangan lurus ke depan berbentuk siku- siku dan kedua telapak tangan menengadah ke atas kemudian kaki berjalan di tempat dan perlahan berputar ke kiri. Dalam gerakan ini para penari mengucapkan kata “ selalu”. Maksud dari kata tersebut adalah di dunia ini segalanya selalu berubah. Gambar 4. Gerak Selalu (Foto : Sholikin, 2016) 5. Gerakan kelima disebut gerak Insyaflah Gerakan kelima yaitu gerakan jari telunjuk mengacung. Bentuk dari gerakan ini adalah jari telunjuk dari tangan kanan mengacung ke 29 atas, dan tangan kiri di bawah. Kemudian jari telunjuk tersebut diputar di atas kepala. Makna dari gerakan ini adalah jari telunjuk yang mengacung di atas menggambarkan bahwa Tuhan itu satu atau Maha Esa, bumi itu satu dan terus berputar. Gambar 5. Gerak Insyaflah (Foto : Sholikin, 2016) 6. Gerakan keenam disebut gerak Sudah Jadi Gerakan keenam adalah jari jempol mengacung. Bentuk dari gerakan ini adalah tangan kanan lurus ke depan kemudian sambil mengacungkan jari jempol, sedangkan tangan kiri turun ke bawah dan 30 kaki kanan berada di depan sambil berjalan di tempat. Dalam gerakan ini para penari mengucapkan “sudah jadi“ yang artinya manusia harus dapat mengendalikan diri sendiri dari hawa nafsu dunia. Gambar 6. Gerak Sudah Jadi (Foto : Sholikin, 2016) 7. Gerakan ketujuh disebut gerak Aku Suka Gerakan ketujuh adalah gerakan tangan yang mengembang atau terbuka ke atas. Bentuk dari gerakan ini adalah kedua tangan lurus ke atas kepala kemudian telapak tangan dibuka ke atas. Setelah itu penari berjalan di tempat dan perlahan memutar ke kiri. Dalam gerakan memutar ini para penari mengucapkan kata “aku suka” makna dari kata tersebut adalah kegembiraan seseorang karena telah berhasil mencapai sesuatu yang telah menjadi tujuan. 31 Gambar 7. Gerak Aku Suka (Foto : Sholikin, 2016) Makna dari topeng tersebut adalah mencerminkan perilaku dari sifat manusia atau karakter dari manusia. Bentuk dari topeng tersebut juga bermacam macam. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa setiap manusia itu berbeda-beda tetapi harus tetap menjaga kebersamaan demi menciptakan ketentraman dan kerukunan dalam hidup atau kehidupan sehari-hari. Kemudian pakaian yang digunakan dalam kesenian tari pentul tersebut menggunakan warna hitam yang memiliki lengan panjang kemudian pada bagian perut berlubang dan ada juga yang sebaliknya yaitu punggungnya berlubang. Maksud dari hal tersebut adalah melambangkan seseorang yang sombong kemudian seseorang yang rendah hati. Celana yang digunakan adalah 32 celana hitam tiga perempat maksudnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. B. Penari Tari Penthul Melikan merupakan tari yang digolongkan sebagai tari kelompok yang terdiri lebih dari 2 orang penari. Tari Penthul Melikan hanya dilakukan oleh penari dengan jenis kelamin Laki-Laki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Penari Tari Penthul Melikan (Foto : Sholikin, 2016) C. Tata Rias dan Busana Tata rias dalam sebuah seni pertunjukan menurut Margiyanto (1992: 114) diperlukan untuk memberikan tekanan atau aksentualisasi bentuk dan garis-garis wajah sesuai dengan tuntutan karakter tarian. 33 Penari pada Tari Penthul Melikan tidak menggunakan tata rias wajah karena mengenakan properti topeng. Busana dalam pertunjukan tari dapat mengarahkan penonton pada pemahaman beragam jenis peran atau figur tokoh. Busana juga mempunyai warna yang sangat bermakna sebagai simbol-simbol dalam pertunjukan (Maryono, 2010: 62). Busana yang digunakan dalam pertunjukan Tari Penthul Melikan menggunakan busana yaitu : 1. Pakaian panjang warna hitam yang dilubangi bagian depan dan belakang. 2. Celana panjang ¾ warna hitam 3. Udeng-udeng Gambar 9. Busana Tari Penthul Melikan (Foto : Sholikin, 2016) 34 D. Properti Properti merupakan pendukung dalam penyajian suatu karya tari, walaupun tidak semua tari menggunakan properti. Properti merupakan suatu benda yang digunakan dalam menari. Menurut Soedarsono (1978: 6) menjelaskan bahwa properti tari (dance property) adalah perlengkapan tari yang tidak termasuk dalam kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari. Properti yang digunakan dalam pertunjukan Tari Penthul Melikan adalah topeng. Menurut Sopandi (1992: 57), kata topeng berarti tapel, kedok, tutup muka atau tarian yang mengenakan tutup muka. Topeng yang digunakan pada Tari Penthul Melikan adalah topeng penthul (topeng yang tidak utuh). Tidak utuh tersebut maksudnya hanya dibentuk sampai atas mulut, sehingga pemakaian topeng pada tari Penthul Melikan tidak digigit melainkan menggunakan tali yang diikatkan di belakang kepala sebagai pengikat antara topeng dengan kepala penari. Tujuan atau makna pemakaian topeng adalah selain sebagai penutup wajah juga digunakan untuk menambah nilai seni dari topeng (penthul) yang terkesan aneh serta lucu dengan bentuk topeng yang berbeda-beda (Solikhin, wawancara 15 November 2017). Properti topeng (penthul) digunakan penari saat pementasan mulai awal hingga akhir. Adapun topeng yang digunakan adalah seperti pada gambar 10. 35 Gambar 10. Topeng Tari Penthul Melikan (Foto : Sholikin, 2016) E. Musik Tari Musik tari (karawitan tari) merupakan salah satu elemen yang dapat berfungsi sebagai pendukung suasana dan pembentuk ritme. Kekuatan ekspresi tari banyak dibantuk oleh karawitan. Musik tari atau karawitan merupakan suatu cabang seni suara yang menggunakan laras slendri dan laras pelog, baik suara manusia maupun suara gamelan atau ricihan (Tasman, 1987: 2). Menurut Soedarsono (1978 : 26) bahwa “musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang tidak boleh ditinggalkan”. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Penthul Melikan adalah: jedor, kendang besar, bonang, peluit dan kecer. Selain itu juga terdapat vocal sebagai pendukung tari. Vocal dalam tari Penthul Melikan ada lagu wajib yang berjumlah 3 lagu antara lain: Mars Penthul, Mari Teman-Teman, Mars Kawan-Kawan (Sholikin, wawancara 2 Agustus 2017). Lebih jelasnya musik Tari Penthul Melikan seperti gambar 11. 36 Gambar 11. Musik Tari Penthul Melikan (Foto : Sholikin, 2016) F. Tempat dan Waktu Pertunjukan Tempat dan waktu pertunjukan merupakan lokasi atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan. Tempat yang biasanya digunakan untuk pementasan Tari Penthul Melikan bisa di area

terbuka seperti alun-alun, halaman, lapangan, pendopo dan jalan raya. Selain itu pementasan juga dapat dilakukan pada area tertutup seperti gedung pertemuan atau gedung perkantoran. BAB III GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Karya tari dapat terwujud akibat adanya suatu proses. Proses dalam karya tari atau yang biasa disebut dengan istilah garap. Istilah garap merupakan istilah yang akrab dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa (Supanggah, 2007 :3). Konsep garap diberlakukan pada berbagai cabang seni pertunjukan baik itu karawitan, tari, pedalangan maupun musik. Garap dalam tari sering disebut dengan koreografi. Secara etimologi koreografi berasal dari kata choreo (tari) dan graphos (catatan) tari. Namun pada perkembangan dewasa ini koreografi berarti tari (Widaryanto, 2009 :1). Bentuk pertunjukan Tari Penthul Melikan merupakan hasil dari serangkaian proses garap yang dilakukan oleh Sulistiyana. Dalam proses penggarapan Tari Penthul Melikan terdapat beberapa tahapan yang saling bekerja sama. Hal ini seperti penjelasan yang dinyatakan Supanggah (2007 : 3) sebagai berikut : Garap merupakan suatu “sistem” atau rangkaian kegiatan dari seseorang dan/atau berbagai pihak, terdiri dari beberapa tahapan atau kegiatan yang berbeda, masing-masing bagian atau tahapan memiliki dunia dan cara kerjanya sendiri yang mandiri, dengan peran masing-masing mereka bekerja sama dan bekerja sama 38 39 dalam satu kesatuan, untuk menghasilkan sesuatu, sesuai dengan maksud, tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Garap juga merupakan usur penting dalam penggarapan Tari Penthul Melikan karena dapat memberi warna dan kualitas yang dihasilkan. Garap melibatkan unsur-unsur yang melingkupi dan saling terkait di dalamnya. Di dalam konsep garap Supanggah terdapat beberapa unsur yang terintegrasi dalam sebuah bangunan konsep. Unsurunsur tersebut adalah sebagai berikut : 1. Materi garap 2. Penggarap 3. Sarana 4. Prabot atau piranti garap 5. Penentu garap 6. Pertimbangan garap Unsur-unsur garap sebagaimana dikemukakan di atas menjadi pokok bahasan dalam mengetahui garap gerak tari Penthul Melikan. A. Materi Garap Materi garap merupakan bahan dasar atau bahan pokok yang akan digarap seseorang atau sekelompok orang (Supanggah, 2007 :9). Gerak sebagai medium pokok dalam pertunjukan tari dan digunakan untuk mengungkapkan ide dan rasa keindahan. Dalam hal ini gerak tubuh penari yang digarap dan digunakan untuk mewujudkan suatu karya. 40 Materi garap dalam tari Penthul Melikan terdiri dari gerak tari, tata rias dan busana, musik tari, dan properti. 1. Gerak tari Gerak merupakan unsur terpenting dalam tari karena merupakan medium utama tari. Gerak tubuh manusia merupakan bahan dasar atau baku yang perlu dan harus digarap serta disusun oleh penyusun tari menjadi sebuah hasil karya seni tari. Materi gerak dalam tari Penthul Melikan berpijak pada gerak tari Penthul Melikan yang sudah ada dan mengalami perkembangan di dalam vocabuler gerak. Urutan gerak tari Penthul Melikan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Urutan Gerak Tari Penthul Melikan No Gerak Pola Lantai (1) (2) (3) 1 Ngilo Sampur, Jalan Lombo - Tangan kanan, kiri, miwir sampur; - Kaki kanan langkah ke samping kiri; - Kaki kiri langkah ke samping kanan 41 (1) (2) (3) 2 Ngilo Sampur, Gejuk rangkep - Tangan kanan kiri miwir sampur; - Kaki kiri gejuk arah hadap ke depan; - Tangan kanan kiri miwir sampur; kaki kiri gejuk putar ke kiri arah hadap ke belakang, - Sampur dilipat dilidit ke pundak 3 Langkahan Jalan maju, kaki kiri balik ke depan maju kaki kanan, gejuk kaki kiri kedua tangan mengepal ibu jari mengacung posisi badan merendah; badan tegak angkat kaki kakan kedua tangan membuka. 42 (1) (2) (3) 4 Tranjalan - Kaki loncat ke kanan, tangan kiri mengepal di pinggang kanan kiri; - Kaki loncat ke kiri, tangan kanan kiri mengepal, dipinggang kanan kiri; - Kaki loncat ke depan, tangan kanan kiri mengepal di pingang; - Mundur ke belakang dengan tangan kanan kiri putar ke depan pose angkrok. 5 Jalan Angkrok Kaki langkah samping kanan samping kiri; Tangan ayun ke kanan kiri 43 (1) (2) (3) 6 Hormat Rampak - Kaki kanan langkah ke depan; tangan kanan ayun ke depan; - Kaki kiri langkah ke samping kiri tutup kaki kanan; Tangan kiri ayun ke samping kiri; - Kaki kanan langkah samping kanan tutup kaki kiri, tangan kanan ayun ke samping kanan; - Tangan kanan hormat, putar kepala gejuk kaki kiri, tutup kaki kiri napak; 7 Nusup - Posisi badan merunduk, kedua tangan di pinggang, jari mengepal lari ke depan; - Posisi badan merunduk kedua tangan di pinggang, jari mengepal lari ke belakang, adu kepala jatuh melantai; 44 (1) (2) (3) 8 Merebah - Posisi badan melantai / tidur, kaki kiri ditekuk, kaki kanan lurus ke atas, tekuk letakkan kaki kanan; - Berdiri putar badan hadap ke depan; 9 Silat - Kaki kuda-kuda kiri, tangan kiri mengepal di pinggang kiri, tangan kanan jari membuka lurus ke kiri; - Kaki kuda-kuda kanan, tangan kanan mengepal di pinggang kanan, tangan kiri jari membuka lurus ke kanan; - Tepuk kedua tangan, angkat kaki kanan, buka kedua tangan; - Kaki kanan napak, posisi badan meliuk ke kanan, tangan kiri ayun ke depan, tangan kanan tarik ke belakang di samping telinga kanan; - Maju kaki kiri, tending kaki kanan; - Sirkel kaki kanan, sujud; 45 (1) (2) (3) 10 Jari mengembang - Jari kedua tangan membuka, menyambung di depan hidung, kaki kanan nyongklang; - Posisi tangan sama di atas, kaki kiri nyongklang; - Posisi tangan sama di atas, kaki kanan nyongklang; 11 Sujud / Manembah - Mengangkat kepala posisi setengah duduk, tangan menyembah 46 (1) (2) (3) 12 Rangkaian tangan - Kedua tangan malang kerik; - Gerak sambil jalan lempar kaki kanan ke kiri; - Gerak sambil jalan lempar kaki ke kiri; 13 Ibit-Ibit Tangan kiri mengepal posisi kambeng, tangan kanan jari membuka diayun ke kanan dan ke kiri. 47 (1) (2) (3) 14 Ngilo Asto - Kedua tangan membuka di depan wajah; - Tangan kanan kambeng; - Kedua tangan membuka di depan wajah; - Tangan kiri kambeng; 15 Unjal Napas - Tolehan ke tengah, arah ke depan entrak pundak; - Kaki kanan kiri jinjit mbegar, kedua tangan angkorkan; - Kaki kanan kiri nutup; - Merunduk ke depan meloncat; 48 (1) (2) (3) 16 Lilingan menyibak - Kaki kanan langkah ke samping kanan, kedua tangan menyibak jari membuka; - Kaki kiri langkah ke samping kiri, kedua tangan menyibak jari membuka, loncat kaki kanan kiri menutup; 17 Jari mengembang - Jari kedua tangan membuka, menyambung di depan hidung, kaki kanan nyongklang; - Posisi tangan sama di atas, kaki kiri nyongklang; - Posisi tangan sama di atas, kaki kanan nyongklang; 49 (1) (2) (3) 18 Manunggal - Loncat kaki kanan gejuk kaki kiri, ibu jari dan jari telunjuk kanan menyatu di trap kening dan kiri trap puser, kepala gedheg. - Loncat kaki kanan gejuk kaki kanan, ibu jari dan jari telunjuk kiri menyatu di trap kening dan kiri trap puser, kepala gedheg. 19 Maju - Posisi kedua tangan mlumah di pinggang gerak maju bersama langkah kaki kanan; - Ayun tangan kanan serang kekiri dan ayun tangan kiri serang ke kanan; - Gerak maju bersama langkah kaki kanan; 50 (1) (2) (3) 20 Clingukan Jalan lembeyan kanan kiri putar ke kiri, toleh ke kanan kiri 21 Nuthul Meloncat kaki kanan, tepuk tangan, napak kaki kanan, jalan dobel step, tangan kanan kiri jari ngrayung di depan mulut 51 (1) (2) (3) 22 Jaranan - Kaki kanan napak, kirik pundal, angkat kaki kanan, napak kaki kanan; - Jalan mekak kuda ke depan, mbalik hadap ke belakang; - Jalan mekak kuda maju, mundur kaki kiri; - Jalan rangkep obah pundak (Dursosono) 23 Nebah Kencrong kanan, napak kaki kanan, tangan kiri malangkerik, tangan kanan nebah jari membuka 52 (1) (2) (3) 24 Jalan Ngracik Jalan samping kanan kiri, kedua tangan lurus ke depan, jari-jari membuka 25 Aku sudah jadi - Jalan kanan kiri ke depan, tangan kanan kiri mengepal ibu jari mengacung, jalan ke depan sambil tolehan; - Jalan maju ke depan, kedua tangan lurus ke depan mengepal ibu jari mengacung; - Loncat kaki kiri kedepan, adu kepala angkat kaki kiri; - Putar balik belok kiri, sikap jongkok. 53 (1) (2) (3) 26 Nggrayah - Lari serong kiri, tangan kanan kiri angkat lurus ke atas, nyakar tarik kebawah; - Lari serang kanan, tangan kanan kiri angkat lurus ke atas, nyakar tarik ke bawah; - Lari ke tengah kembali, ke tempat semula, tangan kanan kiri angkat lurus ke atas, nyakar tarik ke bawah; 27 Menyibak Agem kanan kiri, sikap kaki merendah, tangan kanan pegang tali topeng, tangan kiri pegang topeng. 54 (1) (2) (3) 28 Lumaksono - Jalan kedepan sikap tegak, membuka topeng; - Teriak MERDEKA; 29 Tangkisan Badan putar ke kiri, tangkis tangan kiri dengan topeng, gejuk kaki kanan. 55 (1) (2) (3) 30 Ketrek Langkah kaki kanan kiri, gerak tangan bumi langit / atas bawah 2. Tata rias dan busana Tata rias wajah dalam Tari Penthul Melikan tidak menggunakan rias untuk mempertegas karakter penari tetapi menggunakan topeng. Busana dalam pertunjukan tari dapat mengarahkan pada pemahaman beragam jenis peran atau figur tokoh. Busana juga mempunyai warna yang sangat bermakna sebagai simbol-simbol dalam pertunjukan. Busana pada Tari Penthul Melikan terdiri dari : a. Rompi b. Benggel dan gelang c. Kalung d. Sabuk e. Sembong depan dan belakang f. Ikat 56 g. Sampur h. Ilat-ilatan (warna biru) i. Baju j. Celana (Wawancara dengan Sulistiyana, 26 Oktober 2017) Lebih jelasnya busana dalam pertunjukan tari Penthul Melikan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 12. Busana Tari Penthul Melikan (Foto : Sri Maryati Andayani, 2017) 10 9 1 2 2 3 4 5 5 6 7 8 57 3. Musik Tari Penggarapan musik tari yang di dalamnya mencakup vokal tembang yang dilakukan oleh sindhen dan gendhing yang memiliki peran sangat penting dalam garapan komposisi alat musik yang mengiringi tari Penthul Melikan menggunakan iringan gamelan dengan gamelan yang lengkap. Gamelan ini menggunakan laras slendero. Proses garap gending mengalami perubahan disesuaikan dengan garap gerak tari. Hal tersebut karena untuk menyesuaikan antara gerak tari dan musik tari (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). Adapun gamelan lengkap sebagai pengiring tari Penthul Melikan adalah sebagai berikut : Gambar 13. Musik Tari Penthul Melikan (Foto : Foto : Sri Maryati Andayani, 2017) 58 4. Properti Properti merupakan pendukung dalam penyajian suatu karya tari, walaupun tidak semua tari menggunakan property. Menurut Soedarsono (1976: 6) menjelaskan bahwa properti tari (dance property) adalah perlengkapan yang tidak termasuk dalam kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari. Property yang digunakan dalam pertunjukan Tari Penthul Melikan adalah topeng. Adapun topeng yang digunakan sama dengan topeng pada tari Penthul Melikan sebelum dilakukan garap gerak (gambar 10). B. Penggarap Supanggah (2007: 149) menjelaskan bahwa yang dimaksud penggarap adalah seniman, para pengrawit, baik pengrawit penabuh gamelan maupun vokalis, yaitu pesindhen dan atau penggerong, yang sekarang disebut sebagai swarawati dan wiraswara. Pengertian tersebut dilihat dari sudut pandang seni karawitan yang menghasilkan sebuah penciptaan musik tradisi Jawa. Sudut pandang seni tari sejalan dengan pemikiran Supanggah, dimaksud dengan penggarap sama dengan koreografer, composer dan penari. Di dalam penggarapan tari Penthul Melikan orang-orang yang berperan penting sehingga dapat terwujudnya tarian tersebut, Sulistiyana sebagai penggarap tari, Suwandi sebagai penyusun gendhing. 59 1. Koreografer Penggarap karya tari tidak lepas dari tangan seniman atau koreografer berfungsi sebagai penyusun komposisi tari. Dalam tari Penthul Melikan yang berperan sebagai penggarap ialah Sulistiyana. Sulistiyana memiliki pengalaman sebagai penari. Koreografer mengekspresikan pengalaman-pengalamannya menggarap gerakgerak tari dalam tari Penthul Melikan. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan suatu karya tari utuh dengan tahapan yang dilakukan. Tahap pertama yang dilakukan Sulistiyana adalah memilih penari dengan melihat kemampuan para penari. Di dalam proses penggarapan, pencarian gerak secara intens dilakukan untuk mencari gerak yang tepat. Selain itu dalam proses penggarapan, penyusunan gerak satu dengan gerak yang lain serta detail geraknya selalu diperhatikan (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). Proses penggarapan selanjutnya menghubungkan elemen tari dengan elemen musik tari atau gendhing. (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). 2. Komposer atau penyusun gendhing Suwandi sebagai pengrawit pengalamannya memberikan modal utama dalam menyusun gendhing-gendhing sehingga memahami apa yang dibutuhkan dalam garap tari. 60 3. Penari Penari Penthul Melikan yaitu penari laki-laki, untuk jumlahnya bisa 4 sampai 10 penari. C. Sarana Garap Koreografer dalam mewujudkan karya tari memerlukan sarana atau media komunikasi gerak, dalam hal ini yang berperan sebagai sarana gerak adalah tubuh penari. Sependapat dengan Supanggah (2007: 189) yang menyatakan bahwa : Sarana garap adalah alat (fisik) yang digunakan oleh para pengrawit, termasuk vokalis sebagai media untuk menyampaikan gagasan, ide musikal atau mengekspresikan diri dan / atau perasaan dan/atau pesan mereka secara musikal kepada audience (bisa juga tanpa audience) atau kepada siapapun termasuk kepada diri atau lingkungan sendiri. Pemaparan dari Supanggah merupakan sudut pandang dari karawitan, melihat dari sudut pandang tari pemahaman dari sarana garap dapat dikatakan sebagai tubuh penari. Karena tubuh penari digunakan sebagai media ekspresi dan sumber ekspresi sarana garap maupun alat garap. Tari Penthul Melikan dalam penggarapannya yang dimaksud dengan sarana garap maupun alat garap meliputi tubuh penari, instrumen dan rias busana. 1. Tubuh penari Tubuh penari pada Tari Penthul Melikan merupakan sarana garap maupun alat garap yang digunakan sebagai media menuangkan 61 ide atau gagasan-gagasan yang dimiliki oleh koreografer atau penyusun tari untuk mengekspresikan tari tersebut. Pemilihan penari yang dilakukan Sulistiyana dalam penggarapannya bertujuan untuk keserasian antara penari putra. Agar terlihat proposional saat pemilihan penari perlu memperhatikan postur penari, mencari penari dengan postur seimbang, selain itu postur tubuh berpengaruh terhadap gerak karena gerak akan menjadi berbeda (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). Hal lain dilakukan Sulistiyana selain menentukan postur tubuh dari penari juga mempertimbangkan pengalaman yang pernah didapat dari penari. Pengalaman yang didapatkan penari menentukan kualitas kepenariannya. Serta bagaimana penari ini mempunyai kemampuan terhadap gendhing dan irama tari (Sulistiyana Wawancara, 26 Oktober 2017). 2. Instrumen Perlu diingat selain tubuh penari terdapat elemen lain dari tari Penthul Melikan adalah musik tari. Musik tari dapat juga dikatakan sebagai instrument pengiring dalam keberhasilan pertunjukan. Instrumen tari dalam tari Penthul Melikan adalah seperangkat gamelan jawa yang berlaraskan slendro. Garap musik tari dari tari Penthul Melikan menggunakan gamelan jawa yang terdiri dari berbagai ricikan. Alat-alat yang 62 digunakan merupakan alat-alat yang sudah ada dan merupakan alat tradisional. Alat musik yang digunakan meliputi seperangkat gamelan jawa seperti kendang, bonang, barung, slenthem, demung, saron, kenong, kethuk, kempul, dan gong. Penggunaan gamelan jawa sebagai garap musik tari dirasa tepat untuk tari yang berpijak pada tradisi (Sulistiyana Wawancara, 26 Oktober 2017). 3. Rias dan Busana Dalam tari Penthul Melikan tidak menggunakan rias wajah karena menggunakan topeng. Sedangkan busana, sudah dijelaskan sub bab materi garap. D. Prabot atau piranti garap Supanggah menjelaskan yang dimaksud dengan piranti atau prabot garap ialah : Prabot garap atau tool adalah perangkat lunak atau sesuatu yang aslinya imajiner yang ada dalam benak seniman, pengrawit, baik itu berwujud gagasan/ide sebenarnya sudah ada vocabuler garap yang berbentuk tradisi/kebiasan pengrawit yang sudah ada sejak kurun waktu ratusan tahun atau dalam kurun waktu yang tidak bisa mengatakannya secara pasti (Supanggah, 2007: 199). Sependapat dengan Supanggah, hal ini berarti di benak Sulistiyana ada sesuatu yang bersifat imajiner atau bukan hal yang sebenarnya melalui wujud gagasan dan vokabuler pertunjukan tari. Wujud gagasan Tari Penthul Melikan erat hubungannya dengan penyebaran Agama 63 Islam. Gerakannya penuh nilai filosofi sebagai lambang menyembah Tuhan dan mengajak manusia untuk saling hormat-menghormati dan bekerja sama demi terciptanya kedamaian. E. Penentu Garap Garap Tari Penthul Melikan ditentukan oleh para penentu garap yang memiliki otoritas dalam kesenian. Penentu gatap dalam Tari Penthul Melikan adalah sebagai berikut : 1. Otoritas Dalam konsep Supanggah yang dimaksud dengan otoritas adalah sebuah garap ditentukan oleh siapa (komunitas) yang menggarap (Supanggah, 2007: 24). Penentu garap pada tari Penthul Melikan ini adalah Sulistiyana. Berpengalaman menjadi penari sejak umur 8 tahun, Sulistiyana terlatih untuk merasakan elemen-elemen dalam tari, sehingga mempunyai kemampuan untuk menggarap sebuah tari. Hal ini membuat Sulistiyana memiliki otoritas dalam menyusun gerak tari (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). Penentu garap lainnya adalah Suwandi sebagai penyusun gendhing memiliki pengalaman sebagai pengrawit, penabuh gendhing. Sehingga memiliki otoritas dalam menyusun gendhing (Suwandi Wawancara, 26 Oktober 2017). 64 Penari juga sebagai penentu garap karena tarian itu ditarikan oleh penari yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, memiliki daya imajinasi dan intrepretasi terhadap tari. Hal tersebut untuk menentukan penyajian baik atau tidaknya tari. 2. Fungsi Sosial Penyajian tari Penthul Melikan disajikan untuk masyarakat umum. Seiring berjalannya waktu pementasan tari Penthul Melikan untuk mengisi acara yang dipentaskan di Benteng Pendem Ngawi. Fungsi bisa berwujud makna atau nilai dari tarian itu sendiri. Tari Penthul Melikan memiliki sebuah nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat atau penonton yaitu untuk menyebarkan agama Islam. F. Pertimbangan Garap Pertimbangan garap bersifat accidental dan fakultatif di mana di dalamnya terdiri dari faktor internal, eksternal dan tujuan (Supanggah, 2007: 289). Berikut pertimbangan dalam menggarap tari Penthul Melikan. 1. Internal Internal yaitu kondisi fisik dan/atau kejiwaan pengrawit pada saat melakukan garap, menabuh ricikan gamelan atau melantunkan tembang (Supanggah, 2007: 289). Internal dalam tari Penthul Melikan adalah kondisi fisik dan kejiwaan penari maupun pengrawit, vokalis 65 atau pesindhen. Dalam penggarapannya Sulistiyana memahami penari, pengrawit yang mayoritas sudah dewasa. Sehingga dalam penggarapannya penari juga memahami atau memiliki intepretasi sendiri tentang tarian yang dibawakan sesuai daengan pijakan yang ditentukan (Sulistiyana Wawancara , 26 Oktober 2017). 2. Eksternal Eksternal merupakan tanggapan dari penonton, tanggapan dari teman-teman seniman, tanggapan dari panitia ataupun dari masyarakat umum lainnya tentang pementasan tari Penthul Melikan. Pementasan tari Penthul Melikan di Beteng Pendem yang ditarikan oleh anak-anak pelajar. 3. Tujuan Maksud dan/ atau disusun atau disajikannya karya seni (gendhing) semuanya terkait dengan konteks ruang, waktu dan kepentingan tertentu. Tari Penthul Melikan dipentaskan pada acara a thalent of formentared di Beteng Pendem pada tahun 2013 bersama seniman lima Negara yaitu Malaysia, Singapura, Australia, Jepang, dan Thailand yang ditarikan oleh pelajar SD. Hal ini terkait juga dengan waktu pertunjukan pada malam dengan struktur ruang yang luas. Maka ada pertimbangan garap yang terdiri dari pola lantai, tata visual, dan tata suara. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Supanggah, konteks pertunjukan itu juga menjadi pertimbangan. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Gerak Tari Penthul Melikan terdiri dari 7 gerakan yaitu gerak Gandengan Tangan, gerak OO AA, gerak Maju Bung, gerak Selalu, gerak Insyaflah, gerak Sudah Jadi, dan gerak Aku Suka. Penari terdiri lebih dari 2 orang penari laki-laki. Penari tidak menggunakan tata rias wajah karena mengenakan properti topeng. Busana yang digunakan adalah pakaian panjang warna hitam yang dilubangi bagian depan dan belakang, celana panjang ¾ warna hitam, dan udeng-udeng. Properti menggunakan topeng penthul (topeng yang tidak utuh). Musik tari diiringi Jedor, Kendang Besar, Bonang, Peluit dan Kecer. Selain itu juga terdapat vocal sebagai pendukung tari. Vocal dalam tari Penthul Melikan ada lagu wajib yang berjumlah 3 lagu antara lain: Mars Penthul, Mari TemanTeman, Mars Kawan-Kawan. Tempat dan waktu pertunjukan bisa 66 67 di area terbuka seperti alun-alun, halaman, lapangan, pendopo dan jalan raya. Selain itu pementasan juga dapat dilakukan pada area tertutup seperti gedung pertemuan atau gedung perkantoran. 2. Garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Garap gerak tari Penthul Melikan ditinjau dari segi materi garap terdiri dari gerak tari, tata rias dan busana, musik tari, dan properti. Garap gerak tari Penthul Melikan menghasilkan 30 gerakan. Tata rias tari Penthul Melikan tidak mengalami perubahan karena menggunakan properti berupa topeng sedangkan tata busana dilakukan perubahan dengan menambahkan detail busana yang terdiri dari rompi, benggel dan gelang, kalung, sabuk, sembong depan dan belakang, ikat, sampur, ilat-ilatan, baju, dan celana. Musik tari diiringi gamelan laras slendero. Penggarap dan penentu Tari Penthul Melikan adalah Sulistiyana sebagai penggarap tari yang terlatih untuk merasakan elemen-elemen dalam tari dan Suwandi sebagai penyusun gendhing. Sarana garap yang digunakan meliputi tubuh penari, instrumen dan rias busana. Prabot atau piranti garap adalah gagasan yang ada dalam benak Sulistiyana yang erat hubungannya dengan penyebaran Agama Islam. Gerakannya penuh nilai filosofi sebagai lambang menyembah Tuhan dan mengajak manusia untuk 68 saling hormat-menghormati dan bekerja sama demi terciptanya kedamaian. Pertimbangan garap internal dalam tari Penthul Melikan adalah kondisi fisik dan kejiwaan penari maupun pengrawit, vokalis atau pesindhen. Sedangkan eksternal berupa tanggapan dari penonton, tanggapan dari teman-teman seniman, tanggapan dari panitia ataupun dari masyarakat umum lainnya tentang pementasan tari Penthul Melikan B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Tari Penthul Melikan merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan. Untuk itu pemerintah Kabupaten Ngawi perlu memunculkan tari ini melalui pertunjukan yang dapat dilihat masyarakat benyak. Dengan demikian masyarakat Kabupaten Ngawi akan mengetahui keberadaan tari ini. 2. Perlu dilakukan festival tari Penthul Melikan yang dilakukan secara kolosal sebagai salah satu ide spektakuler sebagaimana yang sedang digalakkan pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi, 2017, Tari Penthul Melikan, online pada http://www.ngawitourism. com/detail5-tari-pentul-melikan.html, diakses 03 Juni 2017, Jam 21:02 WIB Hadi, Sumandiyo, 2007, Kajian Tari Teks dan Konteks, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Hidajat, Robby, 2008, Seni Tari, Perpustakaan Nasional katalog dalam Terbitan (KDT). Humardani, SD., 1983, Tari Tinjauan dari Berbagai Segi, Jakarta: Pustaka Jaya Jazuli, M., 1994, Telaah Teoritis Seni Tari, Semarang: IKIP Semarang Langer, Susanne K., 1988, Problematika Seni, Terjemahan FX. Widayanto, Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Departermen Luar Negeri Margiyanto, 1992, Koreografi, Jakarta: Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan Martiara, Rina dan Wijaya, Arie Yulia, 2012, “Tari Gandrung Terob Sebagai Identitas Kultural Masyarakat Using Banyuwangi”, JOGED, ISSN: 1858-3989, Volume 3 No. 1 Mei 2012, Hal. 49-56. Maryono, 2010, Pragmatik Genre Tari Pasihan Gaya Surakarta, Surakarta: ISI Press. Miles, Mattew B., dan Huberman, Michael A., 2007, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: Universitas Indonesia Press Nursantara, Yayat, 2007, Seni Budaya untuk SMA Kelas X Standar Isi 2006, Jilid ke-1, Jakarta: Erlangga. Pudjasworo, Bambang, 1982, Dasar-dasar Pengetahuan Gerak Tari Alus Gaya Yogyakarta, Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta. 69 70 Purwito, A.R. Djoko, 2011, Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis Untuk Bidang Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, Ngawi: LPM Universitas Soerjo Ngawi Rahmawati, A. D., 2014, “Analisis Struktur Gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Ria Dus, 2016, Penthul Melikan Ngawi, Online pada http://penthulmelikan.blogspot.co.id/2016/09/mustinya-kitabangga-karena-tinggal-di.html, diakses 03 Juni 2017, Jam 21:05 WIB Rusliana, Iyus, 2012, Tari Wayang, Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung Sedyawati, Edi, 1986, Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Segers, Rien T., 1978, Evaluasi Teks Sastra, (Terjemahan Suminto), Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa Setiawati, Rahmida, 2008, Seni Tari untuk SMK Jilid 2, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Soedarsono, 1978, Mengenal Tari-tarian Rakyat Daerah Istimewa, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers Sugiyanto, et.al., 1999, Kerajinan Tangan dan Kesenian Untuk SLTP, Jilid I, Jakarta: Erlangga Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D), Bandung: CV.Alfabeta Sujana, Anis, 2007, Mengamati Aspek-Aspek Visual Pertunjukan Tari Sebagai Pengayaan Kajian Seni Rupa, ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 2, 260-277. Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia-Bandung Supanggah, Rahayu, 2007, Bothekan Karawitan, Jakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Supardjan, N., 1983, Pengantar Seni tari, Jakarta : Depdikbud 71 Supriyanto, 2012, “Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged Mataram”, JOGED, ISSN: 1858-3989, Volume 3 No. 1 Mei 2012, Hal. 1-16. Tasman, Agus, 1987, Karawitan Tari, Sebuah Pengamatan Tari Gaya Surakarta, Surakarta : STSI Widaryanto, 2009, Koreografi Bahan Ajar Kuliah Koreografi, Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung Narasumber : Sholikin, anggota komunitas Tari Penthul Melikan, usia 38 tahun, pekerjaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bendo, alamat Dusun Katerban Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Sulistyana, penggarap Tari Penthul Melikan, usia 53 tahun, pekerjaan PNS Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi, alamat Desa Sooko Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Suwandi, penyusun gendhing pengiring Tari Penthul Melikan, usia 48 tahun, pekerjaan seniman pengrawit, alamat Kelurahan Margomulyo Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi Warsono, ketua komunitas Tari Penthul Melikan, usia 70 tahun pekerjaan tukang pijat, alamat Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 PENEMUAN ARSIP PENTHUL MELIKAN  OLEH  KRISNA SANTI MAHASISIWI UNIVERSITAS NEGERI JEMBER DI MUSEUM MPU TANTULAR SURABAYA


           Kamis 01 Juli 2021 Krisna Santi mahasiswi Universitas Negeri Jember jurusan sejarah, adalah mahasiswi yang paling beruntung bisa mendapatkan arsip sejarah Penthul Melikan di museum Empu Tantular Surabaya. Krisna Santi mengambil teme tari Penthul Melikan untuk skripsinya. Dengan gigih, ulet dan bekat mahasiswi ini banyak menemukan sejarah Penthul Melikan yang begitu lengkap dengan mewawancarai beberapa nara sumber antara lain :

1. Muhammad Riyadus Sholihin, SHI ( Guru MIN 8 Ngawi / MIN Bendo )

2. Mbah Warsono sesepuh Penthul Melikan

3. Istamaji ( TNI ) cucu pendiri Penthul Melikan ( Mbah Kyai Munajah )

4. Mbah Joyo ( Guru SD jegolan )

5. Bapak Sulis ( Dinas Pariwisata Ngawi )

6. Imam ( Seniman Sanggar Sri Bedoyo Ngawi )

7. Pegawai museum Mpu Tantular Surabaya


PENTHUL MELIKAN