Rabu, 05 Oktober 2016

Sabtu 01 Oktober 2016 kedatangan 2 mahasiswi UNS Solo dan 1 mahasiswi ISI serta 1 mahasiswa ISI Solo. Sekitar jam 3 sore datang ke sanggar penthul melikan. Mahasiswa tersebut akan mewawancarai sesepuh dan ketum penthul melikan ( mbah Warsono, Istamaji, Sayuti, Solikinpark, Amin, Yoyon dll).

Atik Surya ningsih dan temannya dari Wonogiri mahasiswa UNS Solo meneliti tentang pelestarian Penthul Melikan, sedangkan Melisa dan temannya mahasiswa ISI Solo meneliti tentang tarian tari Penthul Melikan. Kata Melisa mahasiswi ISI Solo, dia mengetahui pertama kali tentang Penthul Melikan dari festival seni di Probolinggo. Maka Melisa penasaran dan akhirnya mengadakan penelitian Penthul Melikan langsung ke dusun Melikan desa Tempuran Kec. Paron Kab. Ngawi.

Walau hujan deras yang mengguyur Melikan. Namun wawancari dengan kami berlangsung lancar dan aman. Kami juga sungguhkan langsung pertunjukan tari Penthul Melikan yang di maikan oleh siswa MTSN Bendo yaitu sdr. Gugun putanya Bung Tomo, sdr Gilang putunipun Lek jaun. dan 1 siswa dari dusun Munggur.

Wawancara sampai sekitar jam 5 sore.









Selasa, 13 September 2016

Sejarah Dusun Melikan

Melik-melik di pojokkan, mungkin karena gelap belum ada listrik masuk desa. Begitu pemoe yang ada di anak-anak kecil waktu kita jaman dulu, namun semua telah berubah, yang dulu melikan tertinggal karena listrik tidak masuk-masuk kita belajar dengan teplok, penulis ingat betul waktu itu. Bagitu sulit memang, jalannya pun becek dilewati angkodes biru,mau ke paron saja harus nunggu satu jam-an didekat tugu melikan (Gambar disamping). sekarang kita lihat melikan telah berubah.
Namun sayangnya sekarang banyak putra putri melikan yang merantau sehinga hanya tahu sedikit perkembangan dusun kita tercinta ini. itulah sebabnya website ini dibangun sebagai sarana penjalin komunikasi antar putra putri melikan yang pada nyebar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ada pepatah “Carilah ilmu sampai negeri cina” tapi jangan lupa kampung halaman ya, maksudnya marilah kita bangun dusun melikan sedikit demi sedikit, sampai suatu saat nanti anak cucu kita suskes dan membawa nama harum kampung kita ini.
kalo dulu nongkrongnya harus ketemu, tapi sekarang karena jauh lewat internet pun sudah cukup. Marilah kta buat melikan selangkah lebih maju bung

Sejarah Dusun Melikan

Melik-melik di pojokkan, mungkin karena gelap belum ada listrik masuk desa. Begitu pemoe yang ada di anak-anak kecil waktu kita jaman dulu, namun semua telah berubah, yang dulu melikan tertinggal karena listrik tidak masuk-masuk kita belajar dengan teplok, penulis ingat betul waktu itu. Bagitu sulit memang, jalannya pun becek dilewati angkodes biru,mau ke paron saja harus nunggu satu jam-an didekat tugu melikan (Gambar disamping). sekarang kita lihat melikan telah berubah.
Namun sayangnya sekarang banyak putra putri melikan yang merantau sehinga hanya tahu sedikit perkembangan dusun kita tercinta ini. itulah sebabnya website ini dibangun sebagai sarana penjalin komunikasi antar putra putri melikan yang pada nyebar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ada pepatah “Carilah ilmu sampai negeri cina” tapi jangan lupa kampung halaman ya, maksudnya marilah kita bangun dusun melikan sedikit demi sedikit, sampai suatu saat nanti anak cucu kita suskes dan membawa nama harum kampung kita ini.
kalo dulu nongkrongnya harus ketemu, tapi sekarang karena jauh lewat internet pun sudah cukup. Marilah kta buat melikan selangkah lebih maju bung

TARI PENTUL MELIKAN

Seni dan Budaya
Tarian ini ditarikan dengan memakai topeng kayu yang melambangkan watak manusia yang berbeda-beda namun tetap bersatu dalam kerja. Topeng ini dipengaruhi Jaman Kerajaan Kediri dan masa kini. Iringan gamelan sedikit mendapat pengaruh Reog Ponorogo.
Tari ini digarap atau diciptakan pada tahun 1952 oleh Bapak Munajah di Desa Melikan Kelurahan Tempuran, Kecamatan Paron, Kebudayaan Ngawi. Diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah membangun sekolah desa itu. Perkembangan selanjutnya pementasan diadakan untuk  memperingati hari-hari besar nasional dan hari besar Islam oleh penduduk setempat.
Gerak-gerak tarian melambangkan menyembah pada Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaian. Digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran.
Mustinya kita bangga karena tinggal di negara yang kaya akan kesenian dan budayanya. Kesenian dan budaya  yang menyimpan keunikan tersendiri di setiap daerah. Sudah selayaknya kita sebagai warga negara menjaga dan melestarikannya. Semakin hari semakin tua orang yang menghasilkan karya besar sekelas budaya daerah. Maka, generasi selanjutnyalah yang dapat meneruskan suatu kesenian dan budaya daerah agar tetap terjaga. Sebagai generasi muda, generasi yang penuh dengan semangat wajib berperan di dalamnya. Akar munculnya sebuah kesenian maupun budaya daerah, para pemudalah yang menghasilkan karya sebesar itu pada masanya. Soekarno pernah mengemukaan pada era kemerdekaan, “berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncangkan dunia.” Begitu besarnya peran pemuda dalam memajukan bangsa dan negara ini.
            Salah satu partisipasi dari kegiatan pelestarian kesenian dan kebudayaan daerah adalah kegiatan menari kesenian tari klasik yang digagas oleh Bapak Imam selaku yang mempunyai Sanggar Tari “Soeryo Budoyo” yang beralamat di Jalan Kartini, Ngawi. Bapak Imam beserta Istri yang bernama Ibu Rini, berfokus mengajar tari klasik di sanggar tari tersebut. Apa itu tari klasik? Tari klasik merupakan tari yang lahir dari keraton, baik Keraton Solo maupun Keraton Jogja. Sebagai contoh tari Bedaya, tari Serimpi, Lawung Ageng, dsb. Sanggar Soeryo Budoyo berdiri pada tanggal 12 Oktober 2005. Sejak saat itu pasutri ini mengajarkan tari ke anak-anak Ngawi yang ingin mendalami tari tradisional. Tidak hanya mengajarkan tari klasik, tetapi juga tari-tari asal Ngawi, Tari daerah dalam lingkup Jawa, maupun maupun tari kontemporer.
Namun pada kali ini akan membahas mengenai Tari Tradisional asal Ngawi yaitu tari Pentul Melikan. Tari Pentul Melikan yang berpusat di dukuh Melikan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi ini diciptakan oleh sesepuh desa tersebut antara lain Kyai Munajahun, Hardjodinomo, Syahid, dan Yanudi pada tahun 1952. Jadi, umur Tari Pentul Melikan sekitar 64 tahun. Dulunya tari ini diciptakan pertama kali sebagai simbolis rasa syukur dan luapan kegembiraan karena telah selesainya pembuatan jembatan di daerah Tempuran. Namun sekarang tari Pentul Melikan menjadi sarana hiburan untuk masyarakat Ngawi. Biasanya pada hari besar, misalnya Hari Jadi Ngawi dan Hari dalam memperingati 17-an. Kabarnya, Tari Penthul Melikan juga terpengaruh gaya Reog Ponorogo. Hal ini ditandai dengan adanya tingkat kesamaan pada kostum asli Pentul Melikan yaitu pakaian hitam-hitam dan celana Bujang Ganong. 
Busana Tari Pentul Melikan
Tari Pentul Melikan termasuk tari yang bermaksud untuk menyebarkan agama Islam, seperti halnya di Sumatera Utara ada tari Saman, di Purworejo ada Dolalak. Penciptaan tari Pentul Melikan sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu yang serba mistik, mempunyai keyakinan dan kepercayaan tentang kemempuan indera keenam yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan masa lampau, dari zaman kejayaan Kediri (Literatur Hari Jadi Ngawi 7 Juli 1358 M). Karena pada waktu itu masyarakat sekitar masih kuat akan animisme dan dinamismenya, walaupun sudah ada sebagian yang beragama Islam. Jadi, materi Tari Pentul Melikan diciptakan dengan perpaduan antara pengaruh Hindu Kuno pada zaman kerajaan Kediri dan gamelan Jawa yang sedikit mirip dengan Laras Madyo yang pada dasarnya merupakan Kesenian Jawa yang Islami.
Tari Pentul Melikan merupakan tari yang menggunakan topeng setengah jadi yang terbuat dari kayu. Kenapa dikatakan setengah jadi? dikarenakan topeng tersebut permukaannya masih dalam tahap penggarapan secara kasar tidak seperti topeng-topeng pada umumnya. Hal ini yang menjadi ciri khas topeng Pentul Melikan. Menggunakan sarana topeng pada tarian Pentul Melikan menyimbolkan bahwa karakter atau watak setiap orang berbeda-beda tetapi tetap bersatu dalam kerja. Pentul Melikan diiringi gending Jawa. Gerak tarian dimaksudkan sebagai lambang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengajak manusia untuk hidup bersatu demi terwujudnya suasana aman dan damai. Seperti gerakan tari dengan tangan yang mengacungkan telunjuk ke atas, dua tangan menengadah kedepan, tangan mengacungkan jari telunjuk di atas kepala dengan gerakan melingkar, tangan dirangkai, dsb dengan membentuk formasi setengah lingkaran. Dan tari Pentul Melikan ini ditarikan oleh laki-laki. 
Kesenian daerah memang harus dijaga, walaupun keberadaannya pernah hilang, Tari Pentul Melikan beberapa tahun belakangan muncul kembali. Di dukuh Melikan ini, juga terdapat komunitas yang bernama Komunitas Melikan yang mempelajari tari Pentul Melikan. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan sebagai kegiatan pelestarian kesenian asli Ngawi yang beranggotakan pemuda dan bapak-bapak dukuh Melikan. Pada saat tanggal 17 Agustus tahun 2015, komunitas beserta warga dukuh Melikan mengadakan upacara dengan menggunakan topeng sebagai ciri khas tari Pentul Melikan dengan tidak mengurangi rasa hormat dan khidmatnya upacara 17-an.
Disisi lain, terkadang Sanggar Tari Soeryo Budoyo yang dipelopori oleh Pak Imam ini mengajarkan tari Pentul Melikan ke murid-muridnya pada suatu waktu jika akan ada pentas. Menurut beliau, karena tari Pentul Melikan yang bertempo lambat dan terkesan monoton maka Pak Imam dengan tidak mengurangi dan makna gerakan tari, diubahnya dengan nama lain yaitu Ganongan Melikan. Yang sampai sekarang sering digunakan selain tari Pentul Melikan pada acara-acara besar. Hanya saja perbedaan pada tempo yang lebih cepat dan digarap lebih luwes.
“Tari maupun seni tradisional jika masih kolot mempertahankan keorisinalitasnya tanpa diperbarui, akan tenggelam. Jika ingin terus bertahan, ya harus mengikuti perkembangan zaman. Dengan catatan tidak mengurangi sifat asli kesenian daerah. Misalnya, tarian Gandrung yang berasal dari Banyuwangi dikembangkan menjadi tari Tan Gandrung.” ungkap Pak Imam.
Sanggar Soeryo Budoyo merupakan salah satu sanggar tari yang mendapat fasilitas dari pemerintah kabupaten Ngawi berupa latihan di Paseban Pendopo Widya Graha Ngawi setiap hari Jum’at. Dengan berbagai tingkat generasi mulai dari SD, SMP maupun SMA, yang mencapai sekitar 150 anak yang antusiasnya sangat tinggi terhadap kesenian Jawa. 
Topeng sebagai icon pintu masuk wisata di Desa Tempuran
Peran masyarakat tentunya sangat berpengaruh dengan perkembangan kesenian di suatu daerah. Kesadaran akan rasa memiliki tetap harus ada. Apalagi untuk generasi mudanya sebagai patokan semangat peralihan zaman. Pada tari Pentul Melikan ini, selain ditarikan oleh sanggar yang memang dibina untuk bisa menari, tari ini ditarikan murni oleh pemuda dan bapak-bapak daerah Melikan. Jadi, mereka berangkat bukan dari penari menjadikan tari Pentul Melikan ini terkesan apa adanya. Selain itu, topeng yang menjadi khas dari tari ini juga menjadi icon pintu masuk wisata di desa Tempuran, Ngawi.
Ngawi sebagai kabupaten juga memiliki beberapa tarian yang bisa dijadikan potensi budaya seperti di bawah ini :  
  1. Tari Orek-Orek => Tari ini sebenarnya berasal dari daerah Jawa Tengah yang kemudian di kembangkan di Kabuapten Ngawi. Merupakan tarian dengan gerak dinamis dengan pemain terdiri dari pria, wanita berpasangan. Menggambarkan muda-mudi masyarakat desa yang sehabis kerja berat gotong royong, melakukan tarian gembira ria untuk melepaskan lelah. Tari dapat dilakukan oleh sepasang muda-mudi atau beberapa pasang secara masal. Tatarias dan kostum meriah dan menarik sehingga menggambarkan keadaan muda-mudi desa yang tangkas dan dinamis.
  2. Tari Penthul Melikan => Tari ini berasal dari Desa Melikan Tempuran Kecamatan Paron, dimaksudkan untuk menghibur masyarakat Desa pada upacara hari-hari besar. Sebagai rasa syukur dan ungkapan gembira masyarakat desa yang telah berhasil membangun sebuah jembatan, masyarakat sepakat untuk membuat suatu tontonan/hiburan yang menarik dan lucu.Sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu yang serba mistik, mempunyai keyakinan dan kepercayaan tentang kemampuan indra keenam yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan masa lampau. Bentuk tarian yang berfungsi sebagai media hiburan dan media pendidikan. Para pemain mengenakan topeng terbuat dari kayu, melambangkan watak manusia yang berbeda-beda tetapi bersatu dalam kerja. Diiringi dengan gending jawa yang sedikit mendapat pengaruh reog ponorogo. Gerak tarian diarahkan sebagai lambang menyembah kepadaTuhan Yang Maha Esa, dan mengajak manusia untuk hidup bersatu demi terwujudnya suasana aman dan damai.
  3. Kesenian Gaplik => Kesenian Gaplik berasal dari Desa Kendung Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, keseniaan ini mempunyai maksud dan tujuan mengusir bala (mala petaka) yang melanda desa. Nama Gaplik diambil dari nama orang yang telah menciptakan dan mengembangkan kesenian tersebut.Kesenian Gaplik dilaksanakan tiap tahun sekali, pada saat dilakukan bersih desa didesa yang bersangkutan, yaitu masa sehabis panen, didahului dengan upacara dimakam,dilanjutkan pentas kesenian Gaplik pada malam harinya, di halaman rumah Kepala Desa. Merupakan pagelaran berbentuk arena terbuka, antara pemain dan penonton saling berdekatan sehingga menimbulkan komunikasi langsung dan lancar antara pemain dan penonton, berdialog sambil berdiri.
  4. Upacara Adat Tawun (Keduk Beji) => Dilaksanakan di Desa Tawun Kecamatan Padas, yang terkenal dengan Sendang ( kolam alam ) keramat.Dilaksanakan tiap tahun sekali ,hari selasa kliwon setelah panen, sehabis gugurnya daun jati. Merupakan upacara bersih Desa, dengan membersihkan Sendang Tawun dari berbagai macam kotoran, Lumpur dan sampah sehingga air menjadi bening kembali.Dipimpin oleh dua juru selam yang berpakaian sepasang penganten, yang didahului penyajian sesaji mengucapkan doa. Upacara adat ini terdiri dari serangkaian berbagai kegiatan diiringi gending- gending Jawa (Karawitan). Bukan saja untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, sekaligus mengenang masa kehidupan dan peranan Ki Ageng Tawun beserta keluarganya.

MARI TEMAN TEMAN
MARILAH TEMANKU
BERSAMA-SAMA BERDENDANG
BERDENDANG LAGU
SAMBIL MENARI
MENARI PENTHUL
UNTUK MENGHIBUR
HATI BINGUNG
TARI PENTHUL
WAKTU PERAYAAN
IKUT MENYUSUL


KAWAN-KAWAN
MARILAH KAWAN
MEMPERINGATI KEMERDEKAAN
7 TAHUN KITA MERDEKA
LEPAS DARI PENJAJAHAN
BANGSA ASING    2  X





MARI TEMAN TEMAN
MARILAH TEMANKU
BERSAMA-SAMA BERDENDANG
BERDENDANG LAGU
SAMBIL MENARI
MENARI PENTHUL
UNTUK MENGHIBUR
HATI BINGUNG
TARI PENTHUL
WAKTU PERAYAAN
IKUT MENYUSUL


KAWAN-KAWAN
MARILAH KAWAN
MEMPERINGATI KEMERDEKAAN
7 TAHUN KITA MERDEKA
LEPAS DARI PENJAJAHAN
BANGSA ASING    2  X


NARASI PENTHUL MELIKAN

PAMIRSO pawai pembangunan ingkang minulyo
Penthul Melikan dipun ripto rikolo tahun 1952 dining panjenenganipun alm. Kyai Munajah, Kyai Sahid dalah Kyai Harjo Dinomo saking Dusun Melikan Desa Tempuran.
Ageman dalah gerak tari Penthul Melikan tuhu ngemu suraos pitutur luhur saking poro sesepuh ing antawisipun :
Ageman / rasukan Penthul Melikan wonten ingkang bolong ngajeng niku mengku werdi seperangane menungso meniko wonnten ingkang naming mentingaken kebetahan padaranipun kemawon.
Ageman Penthul Melikan wonten ingkang bolong wingking maknanipun seperangan manungso wonten ugi ingkang menggalihaken pagesangan ingkang langkung langgeng ing mbenjangipun. Tuhu meniko ingkang leres.
Topeng penthul ingkang aneko warni benten –benten bentuk ipun meniko mujutaken bilih teng Indonesia meniko benten-benten suku bangsa, adat istiadat, agama lan ras sipun soho lintu-lintunipun.
Lajeng gerakan – gerakan tari Penthul Melikan meniko ugi wonten werdinipun :
Gerakan GANDENGAN TANGAN  mengku filosofi ajak-ajak dating kerukunan, gotong royong adalah persatuan bangsa Indonesia.
Gerakan OO AA . O artosipun obah. A artosipun Alloh. Maksutipun kito kedah makaryo lan tansah enget dating kemirahan dalah keagunganipun Gusti Alloh.
Gerakan MAJU BUNG mengku werdi kito kedah terus bergerak maju kangge ngisi kamardikan.
Gerakan SELALU maknanipun ngemutaken kito kedah istiqomah wonten perjuangan lan ngisi kamardikan.
Gerakan INSYAFLAH ngemutaken kito supados inggal-inggal tobat saking doso-doso ingkang kito lampahi.
Gerakan SUDAH JADI ngaturaken bilih Negari Indonesia sampun mardiko rikolo 17 Aguatus 1945.

Gerakan AKU SUKA nggambaraken kebahagiaan kemeriahan rakyat Indonesia sak lebetipun nyambut kamardikan negari kito Republik Indonesia. Nuwun
SUSUNAN PENGURUS PENTHUL MELIKAN
SESEPUH : 1 . MBAH SAFARI
2 . MBAH WARSONO
3 . MBAH NGARIP
4 . SAYUTI
5 . Drs. SUTEJO
PELINDUNG : 1 . ISTAMAJI ( TNI )
2 . SULASAM ( TNI )
3 . ANTO ( BRIMOB )
4 . MUHAJI ( KADES )
5 . SUPRIYADI ( KADUS )
PENASEHAT : 1 . ISNAM
2 . Drs. K.H. ISLAN SANTOSO, M.Ag
3 . Drs. IRWANTO
4 . JOYO
KETUA : 1 . MUH RIYADUS SHOLIHIN, SHI
2 . MUH AMIN FATHONI, S.Pd
SEKRETARIS : 1 . CAHYO SETIAWAN, S.Pd
2 . PEBRIYANTO, S.Pd.I
BENDAHARA : Drs. MUKLIS
PUBLIKASI : 1 . ERWIN SUSATYA ( POLISI )
2 . Drs. ALIM SUMARNO, MM
3 . BUDI RAHARJO, A.Ma
ANGGOTA 1 . SUSANTO 11 . YOYON
2 . SAMSUDI 12 . TOMAR
3 . SUTIKNO 13 . SUGITO
4 . SUNARDI 14 . YUSNO
5 . SUGIRI 15 . MUJAROT
6 . MUBAYADI 16 . MAKRUS
7 . PUJO 17 . AWAL
8 . FREDI 18 . BUNG TOMO
9 . FENDIK 19 . JUMANI
10 . JURIYANTO 20 . ALFAN
Ngawi, 17-08-2015
MUH RIYADUS SHOLIHIN, SHI

PENTHUL MELIKAN